Selamat datang di The Journey...Semoga mendapat manfaat dari ini...

The Journey

The Journey
Selamat Datang ! Suatu kehormatan bagi the Journey atas kunjungan ini. Semoga mendapat sesuatu yang bermanfaat di Blog ini

daftar isi

Senin, 02 Mei 2011

Mengapa Sekolah Harus Mahal ?



Sobat, bulan Juli biasanya para orang tua sibuk mencarikan sekolah bagi anak-anaknya. Yang lulus SD sibuk mencari SMP yang negeri. Yang lulus SMP juga sibuk mencari SMA. Yang penting negeri. Menurut orang tua, lebih murah menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, daripada di swasta. Ada uang bantuan dari negara. Tidak hanya itu kualitas sekolah negeri & prestise juga menjadi alasan orang tua menginginkan anaknya di negeri. Akhirnya berbagai cara pun diambil agar anaknya bisa masuk di negeri. Ada yang melalui jalur “belakang”, menggunakan kekuasaan, kekerabatan, dsb.

Sobat, tidak sedikit orang tua yang merasa kecele. Terutama mereka yang berharap murah sekolah di negeri. Ternyata juga banyak tarikan sana-sini. Biaya ini itu. Sekolah swasta sekarang pun sudah banyak berbenah, meningkatkan kualitas mereka. Bersaing dengan negeri. Saya tidak akan membahas saling saing ini. Faktanya banyak sekali anak usia sekolah yang tidak melanjutkan sekolah. Mereka lebih memilih bekerja, berjualan koran, jadi asongan, atau mengemis di jalan-jalan. Cobalah tengok di perempatan jalan raya. Anaka-anak itu pasti ada. Pemerintah cukup tutup mata dan telinga. Melenggang dengan mobil berplat merah yang mewah. Bukankah sekolah gratis ? seperti yang ada di iklan-iklan ?. Sobat, monyet pun tidak percaya dengan hal ini.
Bahkan sekolah tinggi (universitas / institut) pun sudah menjadi lahan bisnis. Tidak peduli yang negeri ataupun yang swasta. Semua berlomba-lomba sebagai kampus yang eksklusif. Apalagi dengan status BHMN, dimana negara seolah sudah tidak mau turut campur mengenai rekrutmen calon mahasiswa sampai biaya kuliah. Maka timbulah jalur-jalur khusus (ada yang sampai jalur A, B, C, D) bagi calon mahasiswa berduit tebal. Sehingga orang tua yang anaknya lulus mengalami dilema. Disatu sisi senang karena anaknya masuk perguruan tinggi negeri. Apalagi kalau masuk PTN favorit, dengan jurusan favorit pula. Namun disisi lain mereka akan terperangah melihat biaya yang sangat mahal hanya untuk registrasi masuk. Belum biaya kuliah selama 4 tahun (kalau S1). Ada biaya Pembangunan, biaya Sukarela, biaya Praktikum, dan macam-macam biaya lainnya. Jumlahnya tidak sedikit.
Saat saya ngobrol dengan salah satu ibu single parent yang anaknya baru diterima di universitas favorit di Jatim (tidak usah saya sebut ya) melalui jalur umum (SNMPTN) yang pengumumannya baru hari Sabtu (01/08) kemarin. Raut mukanya seperti orang yang mengalami perasaan senang & sedih jadi satu. Ibu ini kemudian menyodorkan beberapa lembar kertas hasil cetakan download di kampus tersebut mengenai rincian biaya yang harus dibayar anaknya hanya untuk registrasi. Totalnya lebih dari 6 juta. Belum biaya SPP / semester. (sobat bisa bayangkan ga, kalau di terima lewat jalur khusus ? biayanya bisa berlipat-lipat dari ini). Belum juga biaya hidup di kota tersebut. Padahal ibu ini hanyalah pensiunan yang ditinggal mati suaminya. Selain biaya kuliah, dia juga harus membiayai biaya sekolah anaknya yang lain. Ketika saya tanya, apa cukup penghasilannya untuk membiayai anak-anaknya sekolah ? ibu ini hanya diam. Mau menangis. Ya Allah…saya juga jadi pingin ikut menangis. Itu adalah pertanyaan bodoh. Lalu cepat-cepat saya mengakhiri pembicaraan ini. Bukannya saya ingin kabur, namun sudah banyak ibu-ibu (ortu) seperti ini yang saya temui. Dan saya tidak kuat ketika mendengar & melihat beban yang harus mereka tanggung untuk anak-anak mereka.
Terlalu banyak sobat, cerita tentang anak yang tidak mampu sekolah/kuliah dari segi ekonomi bukan dari segi kecerdasannya. Salah satu murid saya pernah masuk koran lokal diwawancarai sambil menangis tentang masa depannya. Padahal ia adalah salah satu siswa dengan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) terbaik di kota.
Kemudian muncul pertanyaan, mengapa sekolah harus mahal ? apa salah jika orang tua melakukan berbagai cara (korupsi) demi anaknya ? dimana peran negara ?
Sobat, sekolah tidak harus mahal. Bahkan bisa GRATIS !!. Sungguh sobat.

Ini adalah beberapa sebab mengapa sekolah itu mahal :
1. Peran negara sangat minim
2. Perencanaan kebijakan sistem pendidikan yang sering “uji coba”
3. Sumber daya alam melimpah tidak terdistribusi dengan baik
4. Sumber daya manusia masih rendah kualitasnya
5. Keikutsertaan swasta dalam bidang pendidikan hanya dilatarbelakangi oleh nafsu “bisnis”
6. dll, dsb
Sobat, saya teringat kisah sejarah khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa pemerintahannya sekolah mulai dari tingkat dasar hingga semacam perguruan tinggi itu gratis. Bahkan bagi mereka yang menempuh jarak jauh (hei..belum ada mobil, adanya unta) disediakan tempat-tempat peristirahatan. Dan juga ada insentif bagi mereka yang tidak mampu. Dan tahukah sobat, profesi apakah yang mendapat gaji terbesar ? GURU !!. Sehingga tidaklah mengherankan tatkala zakat dibagikan, para amil zakat kebingungan mencari mereka yang berhak menerimanya, karena rakyatnya mampu-mampu. Karena rakyat semuanya mengenyam pendidikan. Dan dengan pendidikan itulah mereka mengejar rezekinya. Mengejar kesejahteraannya. Menumpuklah uang di baitul maal. Lihatlah sekarang pembagian BLT dibarengi dengan pertumpahan darah. Beberapa meninggal karena berebutan. Itu pertanda masyarakat miskin. Masyarakat kurang mengenyam pendidikan.
Pada tahun 70an, Malaysia, Vietnam dan beberapa negara Asia mengirimkan putra-putra terbaiknya untuk belajar di Indonesia. Pada saat itu memang kuku Indonesia menancap tajam di benua Asia. Sekarang justru terbalik. Kita yang mengirim buruh-buruh kasar ke negara-negara tersebut untuk diperkosa dan disiksa. Negara, seperti biasa hanya bisa mengelus dada melihat ada warganya yang terdzolimi di negara lain. Seperti macan yang ompong.
Sobat negara-negara tersebut mengalokasikan dana yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Karena tidak ada negara manapun yang akan rugi ketika mereka memberi perhatian yang serius pada pendidikan. Ini investasi jangka panjang. Negara memberi insentif, keringanan, dsb kepada mereka yang cerdas, mempunyai kemauan yang tinggi untuk mengenyam pendidikan. 5-10 tahun lagi negara lah yang akan memetik hasilnya. Karena putra-putra terbaik yang dibiayai sekolah oleh negara akan memberikan sumbangsih yang terbaik pula untuk negara. Inilah yang terjadi di Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, dll. Kita, hanya berantem melulu.

Untuk menggratiskan sekolah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan manajerial yang serius dan sistemik. Orang-orang yang membuat kebijakan tentunya yang paham tentang seluk beluk pendidikan. Merekalah yang mengatur bagaimana sistem pendidikan, mulai dari kurikulum, tata laksana pendidikan, dan tentu saja upah / gaji dari guru.
Sobat, banyak sekali para guru (terutama mereka yang non PNS) yang mencari pekerjaan sampingan. Atau mereka dobel job. Kalau mengharap upah dari mendidik di sekolah saja tentu tidak cukup. Sebulan ada yang dibayar hanya 200rb. Tentu sangat kurang, terlebih bagi mereka yang mempunyai tanggungan di rumah. Sehingga fokus mereka terbagi. Yang penting kalau jam mengajar selesai langsung cabut (he..he kayak pengalaman pribadi nih). Terus bagaimana dengan mendidik, padahal ini adalah proses yang sangat penting daripada hanya mengajar ?.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah, jauh daripada negara-negara maju kayak di eropa atau amerika. Kalau pengelolaan sumber ini benar dan digunakan untuk peruntukannya (lihat dong UUD ayat 33), artinya negara mengelola dan dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk pemberian fasilitas umum (kesehatan, pendidikan, dll) secara gratis atau murah. Ini sangat bisa untuk dilakukan. Namun faktanya banyak sekali sumber daya alam kita yang justru lari ke luar negeri (liat deh Freeport, exxon, dll). Belum lagi anak bangsa yang suka gerogoti negaranya sendiri dengan tangan-tangan terampil (baca : korupsi).
Sobat, memang negara telah memberikan pos anggaran 20% untuk pendidikan (walaupun realitanya baru 10%an). Bagi saya ini jumlah yang sedikit. Tanpa meremehkan bidang yang lain, pendidikan memegang peranan yang sangat vital bagi kemajuan suatu bangsa. Jika masyarakatnya cerdas (tentunya selain dari IQ, juga SQ dan EQ dong) maka pembangunan akan pesat. Dan untuk mencerdaskan masyarakat, negara tidak boleh tutup mata & telinga dengan penderitaan rakyat atas mahalnya biaya sekolah. Pemerintah tidak usah itung-itungan untung rugi dalam memberikan insentif, keringanan atau bahkan pembebasan biaya bagi mereka yang kurang mampu. Toh ini untuk investasi jangka panjang. Pemerintah juga tidak usah ragu untuk memberikan kenaikan penghargaan bagi guru karena ditangan mereka calon-calon pemimpin bangsa ini ditempa.
Jadi seharusnya pendidikan itu bisa murah bahkan gratis. Semoga.

Siapakah capres idolamu ?

 

blogger templates | Make Money Online