Selamat datang di The Journey...Semoga mendapat manfaat dari ini...

The Journey

The Journey
Selamat Datang ! Suatu kehormatan bagi the Journey atas kunjungan ini. Semoga mendapat sesuatu yang bermanfaat di Blog ini

daftar isi

Senin, 02 Mei 2011

Gusti Allah mboten Sareh



Sobat….Cerita ini saya dapat dari temannya teman teman saya..bingung ga?? Ok deh.. kalo gitu fokus aja ke alur ceritanya. Sebut saja nama temannya teman teman saya ini Bambang (mohon maaf lho jika ada yang sama namanya). Cerita ini simpel banget, namun cukup mengandung makna..

Sobat, tatkala malam hari nan hujan deras, Bambang masih menggeber motor udiknya di tengah jalan. Dia mau cari tempat tuk berteduh. Akhirnya ada sebuah warung nasgor yang masih buka. Dia pun menepikan motornya. Lalu berteduh dipinggir warung. Sedikit terkena terpaan hujan memang, karena dia hanya berteduh dibawah pohon asem. Tapi lumayan, karena ga bawa jas hujan, dan karena kasihan motor bututnya tahun 90an, ”batuk-batuk” terkena siraman air hujan. Warung nasgor itu masih buka. Walau tentu saja tidak ada yang datang untuk membeli karena sudah larut malam, hujan lagi.
Warung itu tidak berbeda jauh dengan warung-warung yang lain. Kecil, hanya ditutupi kain bekas promosi salah satu merk sabun cuci. Paling-paling kalau penuh hanya lima orang yang bisa masuk.
Melihat ada orang yang berteduh di dekat warungnya, pemilik warung tersebut, ah.... sebut saja pak Soleh, menyilahkan masuk. ”Monggo le, berteduh di dalam sini saja. Tidak beli tidak apa-apa kok” Pak soleh begitu baik. Dengan malu-malu Bambang akhirnya masuk. Menunggu beberapa menit, hujan sedikitpun tidak menunjukkan akan reda. Setelah sekitar 15 menit menunggu didalam warung, Bambang tidak enak dengan pemilik warung. Akhirnya ia pun terpaksa beli nasgor, walaupun sebenarnya dicantolan motornya ada nasi bungkus terbungkus tas kresek yang siap santap. Tapi..ah ga enak dengan pemilik warung ini. ”Pak, nasgornya satu ya...” akhirnya. ”Nggeh”. Jawab pak Soleh senang.
Bambang pun mencoba untuk basa basi. “Pak malam-malam begini kok warungnya masih buka?, hujan deras lagi. Yang lain kan pada tutup” Bambang memulai pembicaraan. “ Gusti Allah iku mboten sareh le”. Jawab Pak Soleh. “Lho maksudnya apa Pak?” kali ini Bambang memang tidak mengerti. Pak Soleh pun berbicara agak panjang ”dalam kondisi apapun Gusti Allah selalu menebar rejeki-Nya. Memang, akibat hujan deras kelihatannya hari ini sepi yang datang kewarung, tapi di daerah lain saudara saya pasti sangat bersyukur karena hujan mampu menyuburkan sawahnya. Otomatis panen akan datang tepat waktu. Dan ditempat lain hujan pun juag sangat ditunggu-tunggu, terutama di daerah-daerah yang kekeringan”. Bambang pun semakin melahap nasgornya. Ia beruntung kali ini. Mendapat sedikit pencerahan tentang memahami sesuatu haruslah diambil dari sisi positif.
Sobat, saya pernah beberapa kali ”bertemu” orang biasa yang luar biasa seperti Pak Soleh diatas. Disebut biasa karena memang profesinya yang biasa saja. Bahkan mungkin tidak ada orang yang mencita-citakannya. Ada ga orang yag bercita-cita menjadi penjual nasgor, abang becak, kuli bangunan, penjual bakso pake gerobak, atau penjual asongan ?. Tidak ada kan. Disebut luar biasa karena dari profesinya yang biasa saja, namun mereka mempunyai prinsip hidup, semangat dan tingkah laku yang diatas rata-rata. Bahkan mungkin lebih baik dari mereka-mereka yang berjas mahal, mobil mewah, atau yang sering muncul di tipi-tipi.
Banyak hal yang saya pelajari tentang hidup dari mereka. Ketika bertemu, saat ngobrol, saya bisa merasakan adanya semangat untuk hidup, semangat yang diberikan kepada keluarga tercinta yang menunggu dirumah.
Salah satunya saat kebetulan ban motor saya kempes dan saya tambal di di pinggir jalan dekat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo. Kebetulan pada saat itu setelah pengumuman EBTANAS tahun 2001 (lama banget ya...). saya masih memakai seragam sekolah. Saya ”lolos” dari terkaman teman-teman yang ingin coret-coret baju saya. Setelah pengumuman saya langsung kabur. Kata teman-teman se, akan merencanakan pawai akbar. Keliling kota sambil menggeber gas motor. Kalau perlu bikin macet jalanan. Kita mau show of force. Padahal banyak teman-teman yang nilai EBTANASnya kurang memuaskan. Tapi yang penting, satu kata. LULUS!!.
Ternyata rombongan pawai lewat jalan ini. Dan betul mereka bikin macet, bikin sumpek para pengguna jalan. Dan Masya Allah baju mereka sudah tidak mencerminkan anak sekolah lagi, banyak coretan sana sini. Yang perempuan juga sama. Bahkan ada yang di bonceng cowoknya sambil sesekali berdiri. Jagoan cewek nih.
Sambil menambal, Bapak (saya benar-benar tidak tau namanya) tukang tambal ngomong ke saya ”le, kalau jadi anak sekolah jangan seperti mereka. Jadilah anak yang baik, patuh pada orangtuamu, sekolah seng temen (sungguhan) dan berguna bagi masyarakat. Mereka itu seperti sampah!!. Kalau anakku seperti itu mending langsung tak kawinkan saja”. Mendengar omongan bapak tadi saya langsung terhenyak. Ya Robbi...bapak ini tidak tau kalau sebagian besar pawai itu adalah teman SMA saya. Dan yang membuat kagum adalah harapan, nasehatnya beliau kepada saya, kepada anak-anak seusia saya.
Sekarang sudah hampir 9 tahun berselang. Seperti inilah saya. Entah memenuhi harapan dari bapak tadi atau tidak. Tapi Engkau siapapun itu, walau tidak dikenal banyak orang, tetaplah salah satu guru kehidupan saya. Orang biasa yang luar biasa. Dan akan saya doakan, semoga semua kebaikan didunia ini selalu untukmu. Dan disisi Allah semata kembalimu.

Catatan : le = panggilan untuk anak laki-laki

Siapakah capres idolamu ?

 

blogger templates | Make Money Online